Jumat, 28 Januari 2011

Lidah Buaya (Aloe vera) Aspek Manfaat dan Peluang Usaha yang Menguntungkan

BP4K KARAWANG-.Lidah  buaya atau bahasa latin disebut dengan Aloe vera sudah tidak asing lagi terdengar ditelinga masyarakat. Bentuknya yang unik, mirip tanaman kaktus, berduri, daunnya yang menjulur ke atas, kaku bagai lidah atau pedang yang tajam serta berlendir, membuat masyarakat mudah untuk mengingatnya

Saat ini mungkin hampir semua ibu-ibu atau pecinta tanaman mempunyai tanaman lidah buaya di pekarangan rumah mereka sebagai penghias kebun. Lidah buaya yang ditanam di depan rumah, selama ini kita mengetahui dapat dimanfaatkan sebagai penyubur rambut tetapi masih banyak juga khasiat lain yang terkandung pada tanaman ini. Selain itu Aloe vera juga dapat diolah menjadi berbagai makanan ataupun minuman menyehatkan ataupun beberapa produk kesehatan  lain setelah melalui proses pengolahan.

Lidah buaya pertama kali masuk ke Indonesia sekitar abad ke-17, tanaman ini pada mulanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang ditanam sembarangan di pekarangan rumah. Paling hanya sesekali di manfaatkan sebagai obat luka bakar atau untuk mengatasi kebotakan. Baru pada dekade 1990-an tanaman ini mulai dilirik industri makanan, minuman dan kosmetik.

Di Indonesia daerah penghasil lidah buaya terbesar adalah daerah Kalimantan Barat, hampir 80% hasil panen dipasok untuk memenuhi kebutuhan industri lokal, sedangkan selebihnya diekspor. Sebagai gambaran Wong Coco, salah satu produsen aneka olahan minuman juga memperoleh bahan baku dari daerah tersebut.

Tanaman asal kepulauan Canary di Afrika itu tumbuh di berbagai daerah yang memiliki spektrum tumbuh dengan agroklimat beragam, yang terpenting adalah lokasi budidaya harus terbuka dan mendapat sinar matahari penuh.  Secara umum tanaman ini tidak menghendaki kondisi lahan basah, atau tergenang air cukup lama. Ia menyukai daerah beriklim basah, bercurah hujan tinggi dan memiliki struktur tanah yang padat, PH tanah 5,5 – 6 dan sistem drainase yang baik.

Diseluruh dunia terdapat sedikitnya 350 jenis lidah buaya, mulai dari yang beracun sampai yang memilki nilai ekonomis, tetapi dalam perdagangan Internasional hanya 3 jenis lidah buaya yang dipakai, yaitu Aloe vera chinensis, Aloe vera berbadensis, dan Aloe vera ferox. Diantara ketiga jenis tersebut, yang paling banyak digunakan adalah jenis Aloe vera berbadensis karena tekstur pelepahnya yang keras, berisi dan tebal sehingga menguntungkan bagi industri karena diperoleh daging yang lebih banyak dan pengupasan kulitnya pun akan lebih mudah.

Perkenalan umat manusia dengan lidah buaya dimulai berabad-abad sebelum masehi. Hal ini  dibuktikan dengan penemuan sebuah artefak dari tanah liat peninggalan bangsa Sumeria, dimana disebutkan lidah buaya sebagai obat pencahar. Bahkan ada yang percaya interaksi manusia dengan Aloe vera sudah berlangsung sejak abad 4000 tahun sebelum Masehi, dimana ditemukan adanya lukisan Aloe vera di dinding makam dan kuil raja-raja bangsa Mesir, bagi bangsa Mesir kuno, lidah buaya adalah sebagai tanaman keabadian.

Berbagai penelitian mengungkapkan, lidah buaya mengandung vitamin A, B2, B2, B3, dan E serta kaya asam amino yang mampu mencegah berbagai macam penyakit. Pengobatan dengan lidah buaya juga tercatat dalam dokumen-dokumen sejarah pengobatan Arab, Yunani, India, dan China. Di China tanaman ini dipercaya ampuh sebagai  obat awet muda, dan hasil penelitian terkini menyebutkan bahwa lidah buaya mampu memperbaiki sel kulit yang rusak. Ada juga yang menyebutkan khasiat tanaman ini untuk mengatasi impotensi. Seorang ahli farmasi Romawi bernama Pedianos Discorides membuat deskripsi lengkap tentang lidah buaya. Ia menyebutkan khasiatnya antara lain sebagai obat tidur, sembelit, memar, sakit mata, dan luka pendarahan.

Di Afrika, lidah buaya dipasang dipintu masuk setiap rumah dengan maksud ada harapan hidup yang panjang dan berjalan baik, ia juga sebagai jimat penolak bala dan kekuatan jahat. Selain itu para pemburu di Kongo selalu membaluri sebagian tubuh mereka dengan lidah buaya supaya binatang buruan tidak kabur lantaran mencium bau manusia. Gel lidah buaya juga dipakai anak-anak Kolombia untuk melindungi tubuh mereka dari sengatan serangga. Berbagai penelitian di Amerika, Rusia, Arab,India dan Jepang telah membuktikan keampuhan dari tanaman ini bagi kesehatan. Aloe vera potensial mengurangi kadar gula pasien diabetes, menekan pertumbuhan sel kanker bahkan menghambat pertumbuhan virus HIV

Selain memanjakan lidah, kebiasaan menkonsumsi lidah buaya mampu mencegah kanker karena kandungan acemannan yang berfungsi sebagai imunostimulator atau meningkatkan kekebalan tubuh. Sedangkan untuk mengatasi asma dapat meminum air rebusan dari campuran daging lidah buaya, bawang putih, dan sedikit gula batu. Demikian juga dengan meminum jus lidah buaya setiap hari dapat membantu memperlancar menstruasi bagi kaum wanita. Pemanfaatan lidah buaya tidak hanya berkhasiat untuk kesehatan saja, seiring dengan perkembangan zaman, banyak produk kecantikan yang tersedia di pasaran. Ada sabun muka, krim mata, obat creambath, sampai pelembab bibir dengan bahan baku Aloe vera.

Aloe vera banyak juga dimanfaatkan sebagai makanan dan minuman yang menyehatkan dengan harga yang terjangkau, diantaranya koktail yang diambil dari daging lidah buaya. Koktail ini dapat dibuat sebagai campuran minuman siap saji. Jenang atau dodol juga merupakan hasil olahan lidah buaya. Untuk mengolah 8 kg daging lidah buaya, perlu ditambahkan 3 kg tepung ketan, 2 kg tepung beras, 12 ltr santan, 3 kg gula pasir, 1 kg susu bubuk, 4 bungkus agar-agar dan pewarna hijau makanan secukupnya.

Selanjutnya adalah olahan berupa selai yang rasanya juga tidak kalah nikmatnya dengan selai nanas, ada juga teh lidah buaya yang dibuat dari pelepahnya. Produk ini bermanfaat membakar lemak  tubuh dan menjaga tetap langsing, dan masih banyak lagi aneka olahan lainnya.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan membuat permintaan terhadap produksi lidah buaya terus bertambah. Di Amerika, Jepang, dan Australia, Aloe vera menjadi minuman yang ekslusif karena harganya yang mahal. Aneka olahan lidah buaya diekspor ke berbagai negara,volume ekspor per bulan adalah 4-5 kontainer atau setara 60-75 ton, padahal permintaan pasar ekspor mencapai 10-12 kontainer per bulan. Sayangnya permintaan ekspor yang besar belum mampu dipenuhi karena terbatasnya produksi. Permintaan pasar yang tinggi dilirik oleh kalangan pebisnis, baik industri rumah tangga maupun industri bermodal besar, oleh karena itu sekarang mudah ditemukan koktail lidah buaya ataupun olahan lainnya di pasaran. Tersedia juga dalam bentuk agar-agar, sekarang sudah tersedia mesin pengolah gel lidah buaya menjadi tepung supaya mempunyai nilai ekonomis tinggi. Dari sinilah peluang pasar yang luas bagi para pecinta lidah buaya yang ingin mengembangkan kegemarannya terhadap tanaman ini agar menjadi suatu bisnis yang menjanjikan untung besar. Sehingga dari sini dapat kita mengetahui bahwa tanaman lidah buaya mempunyai peluang bisnis yang menggiurkan karena peluang pasar terbuka lebar.

Sumber : DEPTAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Blog Archive

MITRA BACA